watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

GAIRAH PENJUAL DVD

Perkenalkan namaku Wawan.
Umurku 23 tahun, dan aku adalah mahasiswa
tingkat akhir sebuah PTS di Jakarta. Saat ini aku
tinggal menyelesaikan skripsi, tetapi sampai
sekarang masih belum selesai-selesai juga.
Mungkin karena aku saat ini terlalu fokus pada
bisnis wiraswastaku. Hasilnya sangat lumayan
sih, jadi membuatku agak mengabaikan
skripsiku itu. Tetapi aku berniat untuk mulai
mengerjakannya lagi di tengah-tengah kesibukan
mengerjakan proyek-proyek bisnisku. Bangga
juga bila mempunyai gelar nanti, dan terlebih hal
itu bisa membuat orang tuaku senang.
Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, seperti
kuceritakan dulu di ‘Beli Mobil Berbonus Seks’,
aku jadi ketagihan bermain seks. Aku selalu
memikirkan hal itu, terutama bila setelah
beberapa hari tidak ada penyaluran. Memang aku
mempunyai pacar, tetapi dengan Monika
pacarku itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak
sampai berhubungan lebih jauh. Dia memang
ingin mempertahankan mahkotanya sampai
menikah nanti.
Berhubung sekarang aku sudah mempunyai
penghasilan, aku bisa menggunakannya
sebagian sebagai ‘biaya’ kenakalanku. Kadang
aku dan temanku pergi hunting ABG-ABG yang
sering nongkrong di mall atau tempat
nongkrong lainnya. Hanya saja aku lebih suka
kalau mengencani Tante-Tante yang kesepian,
selain banyak pengalaman, juga bebas risiko dari
PMS. Aku juga masih sering berhubungan
dengan Tante Sonya, dan juga teman-
temannya. Memang Tante Sonya ini
memperkenalkanku dengan beberapa temannya
yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan
menceritakan pengalaman nikmatku dengan
mereka, tetapi saat ini aku ingin menceritakan
kejadian lain beberapa hari yang lalu.
Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku.
Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah
satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika
untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang
bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas
kuliahnya yang sudah mendekati deadline.
Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD
sekalian makanan untuk malam nanti. Di dekat
tempat kosku, memang terdapat penjual DVD
bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat
itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat
dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD,
uang kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya
sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya
Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau
dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita.
Tidak mirip sekali sih, tapi lumayan cantik. Hanya
bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris
sinetron itu.
“Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?” tanyaku
setelah sampai di tempatnya berjualan.
“Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri” katanya sambil
menyodorkan setumpuk DVD. Kulihat DVD
tersebut satu persatu. Ada beberapa yang
menarik, seperti ‘The Terminal’-nya Tom Hanks
dan ‘Collateral’-nya Tom Cruise.
“Mbak, dicoba dulu dong” kataku sambil
menyerahkan kedua DVD itu padanya.
Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di
playernya. Kuperhatikan malam itu dia tampak
seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang
menonjolkan keindahan payudaranya.
Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini
dari bahan jeans yang semakin menambah
keseksiannya.
“Ya udah deh.. Saya ambil Mbak”
“Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama
pacar?” tanyanya.
“Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya
beli DVD” sahutku.
“Mau yang lebih seru nggak?” tanyanya lagi
sambil tersenyum genit.
“Boleh.” jawabku.
Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam
dari balik lacinya, dan menyerahkannya padaku.
Kulihat isinya, ternyata DVD porno.
“Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa
sendirian nih” pancingku.
“Emang perlu Mbak temenin?” godanya.
“Siapa takut.. Bener nih?” tanyaku. Aku senang
sekali mendengarnya. Aku merasakan penisku
sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya
tubuh Mbak Sinta.
“Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off.
Jemput aja aku nanti”
Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD
yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD porno,
aku pun pergi dahulu untuk makan malam
sambil menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi
ke restoran fast food yang berada tak jauh dari
tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku
menunggu satu jam lagi..
Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam
mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke
tempat kosku.
“Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?”
godanya genit.
“Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin
Mbak” sahutku asal.
“Ah.. Pasti kau udah pinter kan..” jawabnya
sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya
makin menambah gairahku.
“Kamu kalau main kuat berapa lama Wan?
Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?”
tanyanya lagi genit.
“Iya pasti Mbak puas deh..”
“Habis tunangan Mbak kalau main cepet
banget..” katanya lagi. Pantas jadi genit begini,
pikirku.
Sesampainya di tempat kosku, aku langsung
masuk ke kamarku bersama Mbak Sinta.
Memang di tempat kosku ini, kamarku agak
terpencil hingga bebas saja membawa siapa pun
masuk ke tempat kosku ini.
Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD
porno yang berjudul ‘Sporty Babes 2′ dan
kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian
beranjak menuju ranjang dimana Mbak Sinta
telah menunggu. Kami kemudian menikmati
tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang
gadis bule cantik sedang disetubuhi di tempat
permainan bowling. Desahan suara gadis itu
begitu menggairahkan. Tampak lawan mainnya
sangat menikmati keindahan tubuh gadis itu saat
menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.
Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku.
Tangannya mulai meremasi tanganku.
Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak
Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya aku
dengan penuh gairah. Lidahnya mulai
menerobos masuk ke dalam rongga mulutku,
yang kemudian kuhisap gemas. Tanganku pun
mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari
balik T-shirtnya yang ketat.
“Sebentar.. Mbak buka dulu ya” katanya sambil
melepaskan T-shirt putih yang dipakainya.
Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus
BH berwarna krem. Puting payudaranya tampak
menonjol di balik kain BH-nya itu.
“Ayo kamu yang buka BH-nya Wan” ujarnya
menggoda.
Tanganku langsung membuka kaitan BH di
punggungnya. Lalu kuturunkan tali penyangga
dari pundaknya, dan terpampanglah payudara
Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum
dan besar, dengan putingnya yang menonjol
menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan
puting payudara Mbak Sinta yang manis ini,
sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.
“Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak
dong” pintanya. Sambil berkata demikian, tangan
Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah
menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi
kujilati seluruh permukaan payudaranya.
“Ohh..” lenguh Mbak Sinta ketika lidahku
mengenai putingnya yang telah menonjol keras.
Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap
putingnya sambil sesekali kugigit perlahan.
Sementara aku menghisapi payudaranya yang
sebelah kiri, tanganku mempermainkan
payudara yang sebelahnya. Tangan Mbak Sinta
mengusap-usap rambutku sambil terus
mengerang nikmat.
“Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh..” erang
Mbak Sinta sambil meliuk-liukkan badannya. Aku
pun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati
payudaranya yang kenyal itu.
Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan
dimana seorang gadis bule berambut pirang
sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja
billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV
bercampur dengan suara lenguhan Mbak Sinta
yang sedang kulahap payudaranya.
“Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu” ujarnya
sambil menarik rambutku dan menunjuk ke
layar TV. Kemudian didorongnya pundakku
menuju ke arah bawah.
“Cepet buka celana Mbak” katanya lagi.
Aku pun kemudian mengangkat rok jeans
mininya dan tampaklah celana dalam warna
krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana
dalam itu, dan tampaklah liang kewanitaannya
dengan rambut yang tercukur rapi. Tangan
Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri,
sambil matanya menatapku genit.
“Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di
sini” katanya lagi sambil tangannya masih sibuk
mengusap-usap vaginanya.
Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya,
dan kujulurkan lidahku. Perlahan kujilati
vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang
hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan
meracau nikmat.
“Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..”.
Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku
ke selangkangannya, dan akupun dengan penuh
gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini.
Erangannya semakin keras dan tubuhnya
meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi klitorisnya.
“Terus Wan.. Oh.. Oh..” sambil mengerang
Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya
sendiri.
“Ayo Wan, kamu tidur di sini” katanya sambil
bangkit dari ranjang.
“Mbak ajari posisi yang lebih enak”
Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang.
Sementara kulihat sekilas di TV, si gadis bule
cantik sedang disetubuhi secara doggy style di
atas meja billiard. Erangan suara dari TV
menambah erotis suasana di dalam kamarku.
Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku.
Diturunkannya tubuhnya, sehingga liang
kewanitaannya tepat berada di atas mulutku.
Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian
menggoyang-goyangkan pantatnya di atas
wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing
dengan erangan dari DVD porno di TV.
“Oh.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil pantatnya
terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.
Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina
Mbak manis ini. Tangan Mbak Sinta memegang
pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara
tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan
birahi. Beberapa lama kemudian, goyangan
pantat Mbak Sinta semakin menjadi.
“Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh..”
lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan
saat itu banyak cairan nikmat keluar dari
vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu,
dan tak lama Mbak Sinta pun menjatuhkan
tubuhnya di sebelahku.
“Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum
pernah aku orgasme seperti tadi” katanya sambil
tangannya mengusap-usap dadaku.
“Mbak istirahat sebentar ya” katanya lagi.
Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi
aku tak mau memaksa Mbak seksi ini untuk
melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali
menonton DVD porno yang masih terpampang
di layar TV. Di layar tampak sekarang seorang
gadis bule berambut pirang sedang bermain
tenis dengan seorang pria. Setelah bermain,
mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si
gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria
dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya
yang besar.
“Oh.. my god.. I love it.. So big” desah si gadis
sebelum memasukkan penis itu ke dalam
mulutnya.
Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit
melihat adegan itu.
“Punyamu besar begitu nggak Wan?” tanyanya
sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
“Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang
besar ya?”
“Iya. Semakin besar Mbak semakin suka”
jawabnya genit.
“Ya udah Mbak lihat aja sendiri” kataku.
Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka
celana panjangku.
“Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai
celananya nggak cukup tuh”
Memang karena nafsuku sudah memuncak,
kepala penisku tampak mencuat keluar tak
tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak
sabar membuka celana dalamku. Tangannya
kemudian mengocok perlahan senjata
kelelakianku itu.
“Ih.. Keras banget.. Mbak suka jalantol yang
kayak gini. Besar, panjang, dan keras. Pasti
cewek kamu puas ya.” katanya lirih.
Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati
selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa
hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati
penisku dengan pandangan gemas. Rasa nikmat
yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah
Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala
penisku. Dijilatinya kepala penisku berikut
batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya
batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu
yang terdengar ketika Mbak Sinta memaju-
mundurkan kepalanya menghisapi penisku.
“Ahh.. jalantolmu enak Wan.. Mbak suka..
Hmm” desah Mbak Sinta ketika dia
menghentikan kulumannya untuk menjilati
batang kemaluanku.
Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki
mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu.
Sementara mulutnya menikmati kejantananku,
tangan Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku.
Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan
nikmatku. Tanganku pun meremas-remas
rambut Mbak Sinta gemas.
Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku.
Kadang mulutnya dimiringkan, sehingga penisku
membuat pipinya tampak menggelembung.
Tangannya pun semakin cepat mengocok
batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya
penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya
seluruh permukaan penisku sambil tangannya
mengurut-urut buah zakarku.
“Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen
minum spermamu..” katanya dengan nada
memerintah.
Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku
sudah tidak tahan lagi. Sambil mengerang
nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu,
Mbak Sinta malah kembali mengulumi
kemaluanku, sehingga spermaku pun masuk ke
dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati
kemaluanku sampai bersih.
“Enak Wan..?” tanyanya sambil menjilati
spermaku di sudut bibirnya.
“Enak Mbak..” jawabku lemas.
Kami pun lalu kembali beristirahat sambil
menonton tayangan DVD. Kali ini dilayar tampak
seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang
belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah
bercumbu dengan pelatihnya. Si gadis ABG
menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai
memompa tubuhnya naik turun. Sementara si
aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi
payudara gadis tersebut yang bergelantungan
indah. Adegan persetubuhan lalu dilanjutkan
dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun
kembali terangsang.
“Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen
ngerasain ngesotin jalantolmu. Pasti lebih enak
daripada punyanya Mas Joko” katanya sambil
meraba kemaluanku dan mulai menciumi
bibirku.
Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih
tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan
kemaluanku pada lubang kewanitaannya.
“Ohh..” desahnya saat penisku mulai menerobos
liang vaginanya.
Dia pun mulai memompa kemaluanku naik
turun. Terkadang dia pun mengoyang-
goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara
deritan ranjang, erangan Mbak Sinta, serta
erangan suara dari DVD memenuhi kamar
kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan,
tetap saja tubuh kami berkeringat. Tetesan peluh
itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi
payudaranya. Aku segera membuka T-shirt
yang masih aku pakai, ingin memamerkan
tubuhku yang tekun kupahat di gym. Sementara
itu, Mbak Sinta terus bergoyang menikmati
kejantananku. Tanganku tak ketinggalan
meremasi payudaranya yang kenyal. Cukup
lama kami bersetubuh dengan gaya ini.
“Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin
dari belakang” katanya setelah dia keluar untuk
yang kedua kalinya, sambil bangkit dari tubuhku.
Dia kemudian menungging sambil tangannya
memegang ujung ranjang. Aku pun segera
memasukkan penisku kembali ke dalam
vaginanya.
“Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang
cepat.. Ohh” desah Mbak Sinta saat kupompa
tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya
yang bergoyang menggemaskan. Terkadang
kuremas pula pantatnya yang bulat padat
menantang.
“Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan..
Oh.. Ohh.. Ohh..”
Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu
rebah lemas di atas ranjang. Kali ini aku tak mau
lagi ‘menggantung’. Kubalikkan badan Mbak Sinta
dan kuarahkan penisku kembali ke liang
vaginanya yang telah licin oleh cairan
orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi
ini dengan gaya missionary.
“Eh.. Eh..” demikian erangan yang keluar dari
mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
“Hisapi putingku Mbak” kataku.
Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi
puting dadaku sementara aku menggenjot
tubuhnya. Tak lama Mbak Sinta pun keluar untuk
yang ketiga kalinya, dan aku memberikannya
kesempatan sessat untuk beristirahat. Lalu
kuminta lagi berganti posisi. Masih di atas
ranjang, kubuka kakinya yang indah itu lebar-
lebar, lalu kutumpangkan ke bahu bidangku. Lalu
dengan dituntun tangannya, kudorong penisku
masuk kembali ke liang surganya, dan mulai
kupompa dia seperti tadi. Gerakan pompaanku
semakin keras, liar, dan bertenaga seiring
dengan mulai basahnya kemaluannya.
Dalam posisi ini, aku memegang kakinya erat-
erat, sementara Mbak Sinta asyik mengerang-
erang kenikmatan. Cukup lama menggenjotnya
di posisi ini. Tak lama aku pun tak tahan lagi
menahan ejakulasiku yang kedua. Wajah cantik
Mbak Sinta ditambah dengan erangannya setelah
orgasmenya yang keempat, serta jepitan
vaginanya yang nikimat di kelaminku
membuatku segera mencapai puncak.
“Aku sampai Mbak.. Ahh” jeritku tertahan ketika
aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.
Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas
sekali rasanya menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu
ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya. Kami
kemudian mengobrol dan bercanda sambil
tiduran di atas ranjang.
“Wan.. Anterin aku pulang ya” katanya setelah
dia menghabiskan rokoknya.
“Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di
sini aja”
“Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau
jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak
bawa pakaian ganti” jawabnya.
Akhirnya, aku mengantar dia ke rumahnya.
Cuma aku menurunkannya agak sedikit jauh dari
rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak
juga nonton DVD bareng Mbak Sinta. Mungkin
aku akan semakin sering beli DVD XXX nantinya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1051
U-ON

inc Powered by Xtgem.com